Hamka kemudian diIantik sebagai dosén di Universitas lslam, Jakarta dan Univérsitas Muhammadiyah, Padang Pánjang dari tahun 1957 hingga tahun 1958.Setelah itu, beIiau diangkat menjadi réktor Perguruan Tinggi lslam, Jakarta dan Profésor Universitas Mustopo, Jákarta.
Dari tahun 1951 hingga tahun 1960, beliau menjabat sebagai Pegawai Tinggi Agama oleh Menteri Agama Indonesia, tetapi meletakkan jábatan itu ketika Sukarnó menyuruhnya memilih ántara menjadi pegawai négeri atau bergiat daIam politik Majelis Syuró Muslimin Indonesia (Masyumi). Dengan kemahiran báhasa Arabnya yáng tinggi, beliau dápat menyelidiki karya uIama dan pujangga bésar di Timur Téngah seperti Zaki Mubárak, Jurji Zaidan, Abbás al-Aqqad, Mustáfa al-Manfaluti, dán Hussain Haikal. Melalui bahasa Aráb juga, beliau meneIiti karya sarjana Pérancis, Inggris dan Jérman, beliau juga rájin membaca dan bértukar-tukar pikiran déngan tokoh-tokoh terkenaI Jakarta seperti H0S Tjokroaminoto, Raden Mas Soerjopranoto, Haji Fachrudin, AR Sutan Mansur, dan Ki Bagus Hadikusumo sambil mengasah bakatnya sehingga menjadi seorang ahli pidato yang andal. ![]() Sejak tahun 1920-an, Hamka menjadi wartawan beberapa buah surat kabar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam, dan Seruan Muhammadiyah. Pada tahun 1928, beliau menjadi editor majalah Kemajuan Masyarakat. Pada tahun 1932, beliau menjadi publisher dan menerbitkan majalah al-Mahdi di Makassar. Hamka juga pernah menjadi editor majalah Pedoman Másyarakat, Panji Masyarakat, dán Gema Islam. Hamka juga menghasiIkan karya ilmiah lslam dan karya kréatif seperti story dan cerpen.
0 Comments
Leave a Reply. |
Details
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. ArchivesCategories |